Jumat, 11 November 2011

Kado dari Wanita dan Gadis (Chapter 14)


pic. by : Johansen Halim
"Mimiii... Oddiiieee!!!" teriak mami sore itu ketika pulang dari arisan ibu-ibu PKK.

Oddie dan Mimi yang lagi asyik rebutan menonton acara di TV itu sontak terperanjat bak pedagang PKL yang diteriaki Kamtib. Tanpa melepas sepatunya dan masih banyak perhiasan menggelantungi tubuhnya, mami meluncur ke ruang keluarga tempat Oddie dan Mimi bergulat untuk memerebutkan sebuah channel televisi.

"Kalian sekarang cepet ganti baju. Kita belanja di mall. Kita beli baju-baju baru," ajak mami tanpa menjelaskan duduk perkaranya.

Oddie yang dasarnya ngga terlalu doyan belanja keheranan melihat perintah maminya. Berbeda dengan Mimi yang sudah terbang ke kamarnya untuk ganti baju. Begitu ajakan ke Mall meluncur dari bibir maminya, Mimi bergerak sangat cepat dan tepat.

"Udah, nanyanya nanti aja. Cepet ganti baju. Nanti mami ceritain di Mall, sekalian makan malem di sana. Kayak adik kamu tuh, sekali diomongin langsung jalan," kata mami saat ditanyai Oddie.

"Yey, terang aja cepet. Tuh bocah doyannya nge-mall," elak Oddie sembari berjalan gontai menuju kamarnya.

“Kak Oddie ga pengen ikut kali ma, udah tinggal aja,” teriak Mimi dari kamar yang masih ngga puas beradu dengan kakak satu-satunya itu.

Mau tidak mau Oddie harus ikut ke Mall bareng mami dan adiknya. Bak mendapat bocoran jawaban UNAS, Oddie sedikit bersemangat karena tahu bahwa apa yang akan diomongkan mami berkaitan erat dengan Mr.Robert.

Persiapan sudah lengkap, Oddie dandan dengan kerennya, mami dengan anggunnya, dan Mimi dengan sedikit menornya. Memakai lipstik merah terang, Mimi yakin kalau dandanannya sudah ngga jauh beda sama aktris-aktris Korea yang lagi digandrunginya sekarang. Mereka meluncur ke Mall dengan sukacita tiada tara menggunakan Taxi berwarna biru dongker.

***

Kalau sudah menginjak mall, Mimi berasa jadi tour guide. Tahu semua spot yang dicari mami dan Oddie. Sengaja mami tidak memberi tahu Oddie dan Mimi selama mereka berbelanja keperluan yang dibutuhkan. Dibutuhkan untuk apa? Itu yang menjadi pertanyaan Oddie. Tapi Oddie sudah sedikit menerka-nerka. Bila memang ada sangkut pautnya dengan Mr.Robert, apa kita akan pergi ke tempat Mr.Robert? London? Inggris? Eropa? Hahahaha... Oddie tertawa dalam hati. Sedikit meremehkan prasangkanya.

“Emangnya ke Inggris segampang itu? Hihihihi...” pekik Oddie dalam pikirannya.

Oddie melanjutkan memilih beberapa baju yang keren menurutnya. Sampai akhirnya di tangan kanan kiri mereka semua sudah dipenuhi kantongan plastik dan kardus berisi pakaian baru. Tiba waktunya mereka untuk singgah ke salah satu resto cepat saji favorit Oddie.

Meskipun makanan sudah ada di depan Mimi dan Oddie, mereka enggan untuk makan sebelum tahu apa maksud mami mengajak mereka berbelanja habis-habisan.

“Mi, kita udah belanja kurang dari sejam dan habisin segini banyak duit untuk baju-baju baru.  Sebenernya buat apa sih mi?” tanya Mimi sambil mulai mencomot kentang goreng di atas mejanya.

Mami tersenyum dan melirik cepat ke arah Oddie dan Mimi secara bergantian. Mendadak mami mencondongkan kepalanya ke depan mendekati Oddie dan Mimi. Oddie dan Mimi yang melihat tingkah mami jadi ikutan mencondongkan kepalanya ke depan.

Sempat hening beberapa detik, mami benar-benar menikmatii situasi itu dengan senyum-senyum kecil. Oddie dan Mimi melongo tidak paham dengan senyum mami yang mulai melebar ke kanan dan ke kiri. Setelah puas melihat wajah bloon kedua anaknya, mami memecahkan keheningan dengan teriakan lembutnya.

“Mami punya kado spesial banget buat kalian. Hmmm...hehehehehehe....Od............Mi............... Kita......akan.......pergi.......ke..........London!! London!!” teriak mami yang ngga memedulikan orang-orang di sekitarnya.

Heboh itu disusul teriakan kedua anaknya yang girang bukan kepalang. Mereka berdiri dari kursi duduk mereka dan menari berbagai tarian, mulai dari tari piring yang dilakoni mami, sampai tari Jaipong yang dilakoni Oddie dan Mimi.

Kehebohan itu sontak berhenti ketika semua mata tertuju pada mereka.

“Beneran mi?? Gimana ceritanya?? Wah, bener-bener kado yang surprais banget miiii!” tanya Oddie sambil menatap lurus mata maminya dengan antusias.

“Jadi begini. Mr.Robert tadi telepon mami waktu selesai arisan. Tiba-tiba dia minta libur natal dan tahun baru kita rayain di London. Itung-itung buat kado natal katanya,” cerita mami dengan antusias.

“Wow, papi baik banget!!!” ceplos Mimi yang diikuti injakan kaki Oddie ke kaki Mimi.

“Auuuwwww!!! Uuhhh...cakiittt...ii...ihh... apaan sih Kak Oddie, keceplosan juga,” respon Mimi sembari kembali mencomot kentang gorengnya.

Mendengar celetukan Mimi tadi, mami Oddie cuma bisa tersenyum dan tidak berani membahas topik itu. Terlalu jauh untuk dibicarakan saat ini. Oddie dan Mimi kembali makan dengan lahap. Lahap karena memang lapar, atau suasana hati sedang girang, sama saja.

Yang jelas, orang yang paling menikmati pemandangan wajah kedua bocah itu adalah mami. Mami senang setidaknya kedua anaknya meresponi kebaikan Mr.Robert tanpa berpikir yang macam-macam. Sembari melahap makanan yang sudah hampir tuntas diselesaikan Oddie dan Mimi, mami mengalihka topik dengan menginstruksikan beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum mereka terbang ke Negeri Monarki itu. 

“Jadi, setidaknya kita punya persiapan dua minggu untuk ke sana. Gini-gini kita masih punya paspor. Untung belum angus. Lebih untung lagi kita nurutin saran Om Kevin,” tutur mami membanggakan adiknya yang tinggal di Australia itu.

“Jangan lupa bilang terima kasih sama Mr.Robert buat kado natal dan tahun barunya. Mami mau kalian di London memakai baju yang bagus-bagus tadi, karena kita akan diajak ke sebuah pesta. Entah pesta apa yang Mr.Robert maksud,” jelas mami sambil melanjutkan melahap makanannya.

“Jangan-jangaaaaaan........Pesta pernikahan mami ama Mr.Robert....” celetuk Mimi bak Siswa SD menebak pertanyaan Kuis Cerdas Cermat.

Injakan Oddie kali ini lebih ngga tanggung-tanggung ke kaki Mimi. Udah diinjak, bonus cubitan di betis pula. Bibir Oddie runcing bak rautan pensil 2B sambil menatap adiknya yang selalu iseng itu.

“Kaaaaakkkk....Nyerriiiiiiii.....Uhh....” teriak Mimi sambil memukul lengan Oddie.

Meskipun mami terlihat cuek dengan duel anaknya itu, ekspresi gembira mami tidak dapat disembunyikan. Perasaan ini sudah terlalu lama terkubur. Jatuh cinta seperti ini muncul saat 18 tahun silam. Tapi perasaan ini bangkit lagi. Ya, tidak dapat dipungkiri, mami memang jatuh cinta pada Mr.Robert.

***

Di rumah Gori saat itu terjadi kehebohan yang luar biasa. Suara riuh itu dipimpin oleh vocal Bokir yang parau menyoraki sohibnya yang bisa ke London gratis itu.

“Od, jangan lupa, nitip kaos Arsenal yang tulisan belakangnya Bokir Van Persie ya,” rengek Bokir.

“Yeee, sablon aja sendiri. Bisa rusak ntar alat sablonnya begitu ngecetak nama Bokir,” ledek Ruben.

Keempat sohib Oddie tidak henti-hentinya membahas topik kepergian Oddie ke London. Di saat yang keempat sohibnya asyik ngobrolin Oddie, Oddie sedang asyik chatting via BlackBerry Messenger dengan Luna. Dasar memang udik, Oddie jadi keceplosan sana-sini kalau dia akan hijrah ke London untuk beberapa pekan. Termasuk Luna, Oddie tidak luput membagikan kebahagiaan itu pada Luna.

Luna : O ya? Wah, selamat ya Od. Gue bisa bayangin lebar senyum lu udah seluas sirkuit Sepang di Malaysia. Pasti lu bahagia banget ya, hehehe. O ya, besok kan hari Minggu nih, gue ke rumah lu bentar bisa ga?

Oddie : Bisa banget, gue pasti bakal sibuk nyiapin barang-barang gue, hehehe. Jam berapa Lun?

Luna : Surprise deh, hehehe...

Oddie : Oke. C u tomorrow.

Luna : C u Od :D

Merasa diomongin tapi ngga menyimak, Oddie meleburkan diri ke dalam topik Bokir, Septian, Ruben, dan Gori. Kesoktahuan Oddie justru jadi bulan-bulanan Bokir dan yang lainnya. Malam itu mereka berempat bahagia dan bersenda gurau seolah-olah seperti merayakan kepergian Oddie esok pagi.

***

Sesuai dengan janjinya, hari itu Minggu malam sekitar pukul 19.00 WIB, Luna datang ke rumah Oddie. Dengan membawa sebuah kantong berbahan kardus daur ulang, Luna bersiap untuk masuk ke dalam rumah Oddie. Tapi, kenapa waktu itu perasaan Luna seperti tertahan sesuatu dan tidak sanggup untuk mengetuknya.
Luna memilih untuk basa-basi dulu di BBM sebelum bertemu dengan Oddie. Tepat di depan pintu rumah Oddie, Luna mencoba untuk menanyakan keberadaan Oddie.

Luna : Od, lagi di mana lu sekarang?

Oddie : Gue di kamar nih. Lu udah dateng?

Luna : Hmmmm...  udah sih, tapi kalau lu lagi repot selesaiin dulu aja kerjaan lu..

Oddie : Yaelah, justru itu, lu masuk, bantuin gue, hehe.. bentar ya, lu tunggu di depan, gue bukain jendela...

Luna : Yeyyy, lu kira gue maling masuknya lewat jendela...

Oddie : hahahaha.... bentar, lagi capcus ke TKP...

Entah kenapa saat itu perasaan Luna jadi aneh. Tidak biasanya Luna merasakan hal ini saat bertemu Oddie. Bahkan, selalu ada canda dan ledekan ketika mereka bertemu. Belum lama pikiran Luna berkecamuk, pintu terbuka dan Oddie sudah muncul di depan mata Luna.

“Ayo masuk, sendirian aja nih?” tanya Oddie membuka pembicaraan sambil diiringi Luna yang masuk ke ruang tamu Oddie.

“Iya, gue cuma bentar aja kok Od. Soalnya gue ada perlu ama nyokap,” terang Luna sambil menyodorkan bawaan yang sudah digenggamnya sedari datang tadi.

“Wow, apaan nih?” tanya Oddie sambil melongok ke dalam bungkusan itu dan mulai merogoh isinya.

Tetapi, belum sampai jemari Oddie menemukan benda kejutan itu, Luna melarang Oddie membuka di depannya langsung.

“Wait, wait! Bukanya nanti aja ya waktu gue balik. Soalnya gue ga mau ikutan jadi korban,” canda Luna.

“Buset!! Bom ato granat nih isinya??” sanggah Oddie membalas canda Luna.

Luna yang mendengar jawaban Oddie terkekeh dengan nada riuh rendah. Tidak lama mereka bercengkerama tentang persiapan kepergian Oddie ke London beberapa hari ke depan, Luna cepat-cepat ingin kembali ke rumahnya. Luna bergegas kembali ke mobilnya yang diparkir di depan gerbang rumah Oddie

Lambaian tangan Oddie dan Luna menutup perjumpaan mereka yang terbilang sangat singkat itu. Oddie tidak sedih lantaran durasi berkunjung Luna ke rumahnya yang singkat, tetapi lebih dari itu,  setelah Luna sudah hilang dari pandangan Oddie, Oddie berlari ke kamarnya  dengan terbirit-birit. Bukan karena ada tikus atau anjing yang mengincar betisnya yang berbulu, tapi rasa penasaran yang sudah di ubun-ubun kepala Oddie. Luna memberi kado? Belum pernah terbayang di pikiran Oddie.

Lambat namun pasti, Oddie mulai memberanikan diri untuk mengambil isi yang ada di dalam kantong kardus berwarna cokelat kayuitu. Dengan mendongakkan kepala, Oddie mulai mengeluarkan benda pemberian Luna.

bersambung....