Jumat, 25 Desember 2009

Status Di Facebook Luna (Chapter 3)

pic. by : Johansen Halim
Sudah rahasia umum kalau Luna adalah primadona di SMA Pahlawan Bangsa. Cantik, pinter, aktif di sekolah, tajir, gaul, dan ramah, itulah Luna. Setiap Luna dan geng-nya yang dinamai Cuwit-Cuwit lewat, semua mata tertuju pada mereka. Entah mengapa geng mereka dinamai Cuwit-Cuwit.

Menurut filosofi Bokir, Cuwit bisa berarti Sweet yang artinya manis. Cuwit-Cuwit bisa jadi adalah cara untuk memanggil geng mereka dengan siulan genit (baca : suit-suit). Bokir yang paling demen ngikutin perjalanan hidup Cuwit-Cuwit tak lelahnya mengejar info-info yang berhubungan dengan mereka.

Sampai-sampai Bokir yang baru saja punya Facebook langsung berusaha mencari Facebook Cuwit-Cuwit, terutama Luna yang sudah lama Bokir taksir. Meski sudah di-ignore berulang kali, Bokir tak pernah patah arang. Mungkin jari telunjuk Luna sudah lelah untuk menekan ignore, akhirnya Luna meng-confirm Facebook Bokir yang di profpicnya memakai foto Christian Sugiono.

“Yes!! Gotcha!!!” teriak Bokir waktu di notificationnya ada tulisan Luna Cuwit-Cuwit and Bokir Sitohang are now friends.

Semenjak Bokir menjadi teman Luna di Facebook, Bokir jadi pelanggan setia di warnet sebelah rumahnya. Padahal sebelumnya Bokir pernah mendeklarasikan kalau dia bisa hidup tanpa teknologi.

“Ngutang lagi bang?” tanya penjaga warnet saat menyambut Bokir masuk ke ruang warnet.

“Weits, menghina banget lu. Kerja sana yang bener. Gue dateng ke sini buat bayar hutang gue plus mau bikin member di warnet lu,” ujar Bokir dengan nada angkuh. Penjaga warnet seolah-olah mendapat Kejutan Britama mendengar seorang Bokir mau membuat member di warnetnya.

“Bukan buat buka situs porno kan bang? Ga boleh lho, kata nenek berbahaya,” nasihat penjaga warnet polos.

“Buset dah! Gue kepret sekalian lu, cepet bikinin, nih duitnya,” bentak Bokir sambil nyodorin duit sebesar 25 ribu Rupiah.

“Nih bang kartunya, kartu ini berlaku selama 1 minggu, bisa diperpanjang masa berlakunya dengan isi ulang minimal 10 ribu. Khusus member kagak ada sistem ngutang ya bang, hehehe,” sindir penjaga warnet.
Bokir yang semakin gerah dengan sikap resek penjaga warnet langsung masuk ke ruangannya tanpa mengucapkan terima kasih.

Tanpa pakai lama lagi Bokir langsung membuka website Facebook dan segera mencari info-info tentang Luna. Sembari membuka profil Luna, tiba-tiba ada seseorang yang mengajak chatting. Ternyata Oddie juga kebetulan sedang online di rumahnya. Berikut percakapan mereka melalui chat di Facebook :

“Kir, lu kok bisa online? Lagi dimana?”

“Di warnet sebelah rumah gue. Gue uda jadi member nih. So, gue ngga perlu lagi repot-repot minjem internet lu, hehehehe,”

“Baguslah. Komputer gue sering hang pas lu pegang.”

“Lu menghina banget Od. Eh, ini gue lagi ngamatin Facebook Luna. Status dia sekarang lagi jalan-jalan ama Cuwit-Cuwit di Blok M, gue comment deh, hehehehe.”

“Tapi jangan norak-norak comment lu, tar ketahuan banget kalau lu terlalu caper ma dia.”

“Gue cuman comment : ‘Selamat bersenang-senang Luna, bang Bokir lagi di warnet ajah nih’”

“Kalau gue jadi Luna uda gue delete comment lu, hehehehe”

“Udah ah, gara-gara chatting ama lu gue jadi ngga konsen memantau bidadari gue, bye-bye sobat”

Bokir langsung melanjutkan kegiatan utamanya, yakni mengamati Luna melalui Facebooknya sambil sesekali Bokir memberikan comment di beberapa status Luna yang berjibun. Luna salah seorang pengguna BlackBerry, jadi ngga kaget kalau Luna sering banget update status. Tiba-tiba Bokir shock berat saat melihat relationship status Luna berubah di home page Bokir : Luna Cuwit-Cuwit from single is now in a relationship.

* * *
Keesokan harinya di kelas, Bokir murung melulu. Oddie yang duduk si sebelah Bokir jadi merasa harinya semakin suram. Saat istirahat, Bokir yang biasanya semangat menuju kantin sama sekali tidak beranjak dari tempat duduknya.

“Kir, muka lu rada demek hari ini, napa?” tanya Oddie.

“Bro, nih membernya buat lu. Gue uda ga nafsu lagi buka Facebook,” ujar Bokir sembari memberikan kartu membernya ke Oddie.

“Emang kenapa Kir? Bukannya lu kemarin semangat banget?” heran Oddie sambil tetep menerima kartu member Bokir.

“Luna uda punya pacar Od!!!” rengek Bokir.

“Kok lu tau? Memang lu liat sendiri?” tanya Oddie. Bokir yang hari itu bener-bener malas untuk ngomong cuman bisa geleng-geleng kayak orang tripping.

“Hmm. Jadi lu kemarin liat di relationship status dia yang berubah jadi in a relationship?”
Bokir yang tadi geleng-geleng, sekarang ngangguk-ngangguk. Oddie yang merasa iba bener-bener ngga tega melihat sohibnya patah hati.

“Kir, kita harus nyelidikin terlebih dahulu kebenaran relationship status Luna. Masa lu mau langsung percaya kalau ngga liat pake mata kepala lu sendiri?” nasihat Oddie bak Pangeran Cinta.

“Iya, terus rencana apa lagi yang ada di pikiran lu?” tanya Bokir pasrah. Oddie tersenyum bak iblis yang ingin menjebloskan manusia ke dalam limbah dosa.

“Kita jadi Paparazzi,” bisik Oddie.

* * * 

Semenjak ide menjadi Paparazzi itu, Oddie dan Bokir jadi sering ngamatin Facebook Luna.

“Buset, statusnya kenceng banget, per-jam selalu update,” celetuk Oddie. Tapi ada satu status Luna yang menyedot perhatian mereka. ‘Luna Cuwit Cuwit ketemuan dengan si dia di Pizza Hut jam 5 sore. Jadi ngga sabar. Syalalalala.’

“Wah, ini Kir. Ini nih yang perlu kita selidikin, sekarang jam berapa?” tanya Oddie.

“Jam setengah lima Od! Buruan kita berangkat sekarang, takut mereka keburu pergi!”

Mereka berdua berkemas-kemas dengan cepat dan segera menuju ke Pizza Hut di salah satu Mall Jakarta.
Selama perjalanan, Bokir yang paling ngga sabaran memburu-buru Oddie untuk mempercepat kecepatan motornya.

“Bentar. Lu kan tahu kalau motor gue mentok cuman ampe gigi 2. Mana ini macet lagi,” bentak Oddie.
Muka Bokir yang kelihatan makin resah sesekali melihat jam tangannya.

“Jam 5 lewat nih Od, moga aja dia ngga keburu pergi,” harap Bokir.

Tepat pukul 17.17 mereka sampai di Mall. Mereka langsung menuju Pizza Hut dan langsung duduk di salah satu spot yang sedapat mungkin tidak akan terlihat oleh Luna. Oddie yang langsung inisiatif melihat status Facebook Luna melalui handphonenya membawa berita segar di telinga Bokir.

“Tenang Kir, ternyata dia masih belum nyampe. Masih di jalan, nih statusnya : ‘Aduh, macet nih, takut telat, semoga si dia bakal sabar’” ujar Oddie.

Merasa ngga akan lama, mereka berdua di Pizza Hut hanya memesan Garlic Bread dan Ice Lemon Tea. Menunggu dan menunggu. Selama 1 setengah jam mereka menunggu Luna tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

“Lu yakin Od dia masih di jalan? Coba liatin lagi statusnya,” pinta Bokir.

“Dia kagak ngeganti statusnya, lagi nyari parkir mungkin,” prediksi Oddie.

Semakin resah. Di samping keresahannya mereka dikejutkan oleh waiter Pizza Hut yang nganterin mereka Chicken Wings.

“Silakan, kalau ada yang dipesan bisa order lagi melalui saya, Aris,” jelas waiter Pizza Hut tersebut.

“Lho lho mas mas, kita ngga pesan apa-apa mas. Kita cuma pesan Garlic Bread ama Ice Lemon Tea ini aja,” bantah Oddie.

“Maaf mas, tapi ini memang benar-benar order yang berasal dari meja mas,” kata waiter tersebut. Merasa masih ada duit, mereka akhirnya menerima kejutan sayap ayam itu.

“Baik, American Favorite largenya untuk dibawa pulang ditunggu 10 menit lagi, terima kasih,” ujar waiter tersebut langsung meninggalkan Oddie dan Bokir.

“Lho lho mas mas, kita ngga pesan Pizzanya mas!” teriak Bokir.

Oddie dan Bokir makin dibuat resah. Uang yang mereka bawa hanya 50 ribu Rupiah. Itupun sudah termasuk uang recehan Bokir yang diselipin di tas bututnya. Mereka benar-benar sudah menunggu lama dan merasa ada yang salah. Belum lagi mereka dibingungkan dengan “kejutan” yang mereka peroleh dari waiter tersebut.

“Od, gawat, ini kita bayar pakai apaan?” tanya Bokir. Sebelum Oddie menjawab, waiter tersebut mengantar Pizza ukuran large ke meja mereka.

“Ini American Favorite largenya, terima kasih,” ujar waiter ramah.

“Mas, saya benar-benar ngga pesan ini Pizza. Jadi saya ngga mau bayar ini Pizza. Titik,” ujar Oddie.
Waiter tersebut hanya tersenyum dan berkata :

“Semua yang Anda pesan sudah dibayar oleh wanita yang diujung sana,” tunjuk waiter tersebut mengarah ke Luna dan geng-nya yang sedang tertawa melihat tingkah mereka. Oddie dan Bokir jadi salah tingkah. Luna kemudian menghampiri meja mereka.

“Cowook, sudah lama nunggunya?” sindir Luna.

“Ehem, emm, sebenernya….emm, kapan kalian tadi masuknya? Kok ngga keliahatan?” ujar Bokir terbata-bata.

“Hahahaha, Kir, Kir. Makanya jangan pacaran mulu ama Oddie, jadinya meleng kan, orang gue ama temen-temen uda dari tadi di dalem, cuman tadi emang sih kita lewat pintu belakang biar ga keliatan kalian, hahahaha. Udah, bawa sana tuh Pizza. Gue ngga ketemu siapa-siapa kok. Gue mau hangout ama temen-temen gue, daaaa,” pamit Luna yang kemudian diikutin geng-nya.

Oddie dan Bokir terduduk sejenak. Menahan rasa malu. Setelah beberapa menit, Oddie membuka Facebook Luna dan mendapati status Luna yang kembali single. Yang lebih mengejutkan lagi, dalam update status Luna yang terbaru berisi : ‘Senangnya bisa ngerjain dua cowok polos, maaf ya Oddie, Bokir, jangan lupa dimakan ya pizzanya.’

bersambung...

Selasa, 22 Desember 2009

HARI (L)IBU(R) (Chapter 2)

pic. by : Johansen Halim
Setelah seharian penuh menuntut ilmu, kelas akan segera diakhiri. Seperti biasanya, di sekolah Oddie sebelum siswa pulang akan diberi pengumuman secara massal melalui sentral info. Pak Fernando, pria blasteran Belanda-Cikampek selaku kepala sekolah mengumumkan sesuatu yang membuat sekolah menjadi heboh.

“Anak-anak, mulai besok, tanggal 22 Desember, kegiatan sekolah ditiadakan sampai tanggal 11 Januari. Intinya, kalian diperbolehkan untuk berlibur. Tapi jangan lupa, tanggal 11 Januari masuk lagi. Selamat berlibur, Selamat Natal bagi yang merayakan, dan Selamat Tahun Baru!” kata Pak Fernando. Bokir yang pada dasarnya paling malas masuk sekolah langsung berteriak di antara gemuruh euforia teman-temannya,

“Pak Fernando!! I Love You Full!!”

Oddie yang pada hari itu tumben-tumbennya ngga menunggu sohib-sohibnya langsung berpamitan dan menyambar sepeda motor bututnya yang diparkir di depan pos Satpam Pak Yusron.

“Pak Yus, pulang dulu ya Pak. Ini sedikit camilan buat Pak Yus jaga nanti malam,” pamit Oddie sembari memberikan kue gabin 3 bungkus, ada yang gurih dan asin. Pak Yusron yang baru kemarin lusa diberi gabin oleh Oddie menerima dengan lapang dada.

“Terima Kasih nak Oddie gabinnya. Besok-besok Khong Ghuan aja ya biar rasanya ga monoton,” sindir Pak Yusron.

Oddie tersenyum polos dan memasukkan gigi 1 sepeda motornya. Ternyata hari ini Oddie harus buru-buru karena ingin membeli sesuatu buat Maminya. Oddie langsung menuju ke toko elektronik di dekat sekolahnya. Oddie yang 3 hari lalu mendapat Tunjangan Hari Raya dari Soul FM dimana tempatnya menjadi penyiar langsung berencana untuk membelikan Maminya sebuah mixer. Oddie mendapat ide untuk membelikan mixer tambahan karena melihat orderan maminya yang dari hari ke hari makin lancar bak sungai Bengawan Solo.

* * *

Sesampai di rumah, Oddie disambut tak hangat oleh si adik. Dengan mata penuh penghakiman dan membawa saringan santan, Mimi bertanya dengan nada tegas,

“Wahai Oddie Laksmono, mengapa Saudara pada pagi hari tadi meninggalkan Mirah Laksmono yang sedang tertidur pulas tanpa membangunkannya terlebih dahulu?” Oddie yang merasa bersalah langsung mengeluarkan poster Jacob Black ukuran A5 dari tasnya yang digulung rapi.

“Hamba meminta maaf karena hamba terburu-buru, ini kupersembahkan pada Saudari Mirah Laksmono sebagai wujud permintaan maaf hamba,” ujar Oddie sembari memberikan poster tersebut pada Mimi. Akhirnya pertunjukan teater dadakan itu berubah jadi srimulat. Mimi tertawa riang ketika melihat gambar dalam gulungan itu adalah poster Jacob Black. Pertunjukan teater itu berlanjut lagi,

“Baiklah, Mirah Laksmono memberikan ampun pada Oddie Laksmono. Kembali ke tempat dan habitat Anda!” perintah Mimi. Oddie hanya tersenyum melihat tingkah adiknya yang memang belakangan demen banget dengan Jacob Black, salah satu karakter dalam serial Twilight.

Oddie yang memang sengaja menghindari Maminya langsung masuk ke kamar karena ingin menyembunyikan mixer itu sampai besok tiba waktunya untuk diberikan. Oddie lekas mengganti bajunya dan segera keluar ruangan agar Maminya tidak masuk ke kamarnya. Sebelum keluar ruangan, Oddie menyembunyikan hadiah mixer tersebut di dalam lemarinya. Setelah semuanya berjalan lancar, Oddie keluar ruangan dan bersiap menyantap makan siang. Semur Ayam jengkol yang notabene makanan favorit Oddie memang sengaja disediakan Mami Oddie sebagai makan siang untuk anak-anaknya.

“Wah, makanan favorit nih. Mari makan!” ujar Oddie sambil mengaduk ceker ayam yang ada di dalam panci berisi semur ayam jengkol itu.

* * *

Keesokan harinya, tepat pada tanggal 22 Desember, Oddie bangun pagi-pagi sekali. Suatu keajaiban Oddie bisa bangun pagi-pagi di saat sekolah libur. Dia langsung mengunci kamarnya dan mulai mengeluarkan kartu ucapan dan kertas kado yang sudah dibelinya di toko buku kemarin. Itulah mengapa Oddie saat pulang ke rumah bisa membawa poster Jacob Black untuk Mimi. Setelah dibungkus dengan ala kadarnya, Oddie mengintip dari jendela kamarnya untuk melihat situasi di luar kamarnya. Mami Oddie sudah bangun dan mulai mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat kuenya. Mami Oddie yang merasa tubuhnya mengeluarkan aroma-aroma kurang sedap langsung menuju kamar mandinya.

Oddie yang terus memantau situasi dari dalam jendela kamarnya mendengar Maminya menyanyikan lagu tenda biru dengan kunci G minor. Itu menandakan Mami Oddie sedang mandi karena Mami Oddie memiliki kebiasaan mandi sambil menyanyi. Dapur kosong, Oddie langsung keluar dari kamarnya dan meletakkan kado mixer itu di atas meja makan. Setelah meletakkan kado itu, Oddie berlari kembali ke kamarnya dan berpura-pura tidur.

Mami Oddie yang mulai kehabisan suara, akhirnya keluar dari kamar mandi. Mata lentik Mami Oddie langsung tertuju pada sebuah kotak yang dibungkus dengan warna-warni bak dunia Avatar. Segera Mami Oddie membuka kado tersebut, begitu terkejutnya Mami Oddie ketika melihat sebuah Mixer baru di depan matanya. Di balik kotak tersebut terdapat kartu ucapan yang menempel dan berisikan kata-kata :

“Mamiku sayang, Oddie dan adek sering banget ya nyusahin Mami. Mami kok ngga pernah ya nyusahin kami? Maafin kami ya Mi. Kami ngga bisa membalas apa-apa buat Mami. Mami terlalu hebat untuk kami. Selamat Hari Ibu ya, Mi. Lho, Mami jangan nangis, kalau mixernya kena air mata Mami nanti konslet lho. Oddie dan Adek selamanya akan sayang Mami. Selamanya. Sampai Selamanya.”

Saat membaca kartu ucapan itu, sontak Mami Oddie mengangis terharu.

“Dasar anak-anak,” isak Mami Oddie sambil tersenyum haru. Mami Oddie langsung menuju kamar Mimi dan melihat anak centilnya ini sedang tertidur pulas.

“Mami sayang adek,” ucap Mami Oddie sambil mencium kening Mimi. Tiba-tiba Mimi dalam igauannya berkata-kata dan tersenyum kecil,

“Thanks Jacob for Your kiss, I Love U So Much.” Mami Oddie hanya tersenyum melihat tingkah anak bungsunya. Setelah itu Mami Oddie menuju kamar Oddie dan mendapati Oddie sedang dibungkus oleh bed covernya.

“Od, Mami tahu kamu pura-pura tidur. Mami cuma pengen ngomong, kalian harta Mami yang paling berharga. Mami ngga akan bisa jadi Mami yang hebat kalau tanpa kalian. Terima Kasih ya Od,” kata Mami Oddie. Oddie yang masih berpura-pura tidur berusaha menahan air matanya. Merasa tidak tahan akhirnya Oddie bangun dan mengatakan sesuatu pada Maminya,

“Mami, Oddie sayang Mami.” Mereka berpelukan sejenak. Kemudian dilanjutkan dengan canda tawa yang selalu menghiasi hari-hari mereka.

“Ayo kamu yang masangin mixer barunya, Mami takut kesetrum, tadi sempet ketetesan air mata Mami,” canda Mami Oddie. Merekapun tertawa bersama kicauan burung-burung di pagi yang cerah itu.

* * *

Bokir yang memang paling demen bangun siang dikejutkan oleh kedatangan 4 sohibnya.

“Bangun, bangun!! Dian Sastro ada di ruang tamu lu Kir!!” mendengar teriakan itu Bokir langsung terbangun dan menuju ruang tamu.

“Wah, Lu pada ngibulin gue nih. Bikin orang tidir kagak nyaman aja lu pada,” sewot Bokir. Oddie, Ruben, Septian dan Gori cuma bisa tertawa terpingkal-pingkal melihat kepolosan wajah Bokir. Dengan nada yang agak sewot, Bokir bertanya apa maksud kehadiran mereka,

“Emang ada acara apaan sih kalian dateng pagi-pagi gini? Ini kan hari libur saudara-saudaraku yang terkasih” Septian yang merasa aneh dengan kata-kata Bokir langsung memblokir omongan Bokir,

“Pagi-pagi? Emang lu pake jam Arab? Ini uda jam 1 siang kale!” Oddie yang kemarin sempat membuat rencana bersama Ruben, Septian, dan Gori ngga pakai lama langsung mengutarakan rencananya untuk Bokir.

“Kir, kami tahu lu jauh dari yang namanya ganteng, tapi kita pada yakin kok kalau emak lu nganggep lu itu orang yang paling ganteng yang pernah emak lu temuin,” ujar Oddie.

“Gitu ya, oke2, terus apa rencana kalian?” tanya Bokir.

“Kita bakal nyenengin emak lu dengan ngedatengin Bokir Sitohang,” ujar Oddie. Bokir yang mendengar ide Oddie hanya bisa diam tanpa kata.

Kamar Bokir yang bau terasi itu disulap menjadi salon dadakan oleh Oddie, Ruben, Septian dan Gori. Gori yang notabene banyak duit memfasilitasi Bokir dengan setelan jas merek Armani, parfum Dolce & Gabana, Gel Gatsby, dan sepatu van touvel. Ruben yang merupakan anak dari sastrawan membuatkan sebuah puisi tentang hari ibu. Septian yang memang punya band dan jago maen alat musik bersedia untuk mendampingi Bokir membacakan puisi dengan petikan alunan gitar.

Setelah semuanya beres, Bokir ditarik keluar oleh empat sohibnya. Emak Bokir yang kebetulan lagi pergi ke pasar masih belum pulang. Sembari menunggu emaknya Bokir pulang, mereka membuat setting di ruang tamu rumah seolah-olah itu adalah acara Take Me Out yang dibawakan oleh Choky Sitohang. Ketika emak Bokir sudah sampai di rumah dan mulai membuka pintu tiba-tiba dikejutkan oleh penampilan Bokir Sitohang bak MC kondang dengan satu set panggung lengkap.

“Untuk Emak. Emak, dari rahim sucimu aku lahir. Engkau mengidolakan Choky Sitohang. Tapi, tanpa kau sadari emak bahwa 17 tahun yang lalu engkau telah melahirkan Bokir Sitohang. Ketampananku memang 7-12 dengan Choky Sitohang, tapi percayalah emak, engkau mendapatkan cinta yang tulus bukan dari Choky Sitohang, tetapi dari anakmu, Bokir Sitohang. I Love You Full Emak.”

Setelah membaca puisi tersebut dengan gaya MC Choky Sitohang, emak Bokir tersenyum dan berkata,

“Le le, iso ae awak peno (nak, nak, bisa saja kamu).” Mereka tertawa bersama dan menyanyikan lagu Bunda milik Melly Goeslaw bersama-sama.


bersambung..

Salam Kenal, Namaku Oddie (Chapter 1)

pic. by : Johansen Halim
Waktu tepat menunjukkan pukul 06.30. Sinar mentari menembus tiap sudut jendela. Ayampun tiada lelah untuk berkokok sepanjang pagi. Benar-benar suasana pagi yang menyejukkan jiwa. Terdengar suara parau yang merusak keindahan Yang Maha Esa dari kamar Oddie, seorang remaja yang duduk di kelas 2 SMA.

“Mampus dah, gue telat lagi!!” teriak Oddie.

“Mami, roti bakarnya masukin ke kotak makan aja ya mi!” teriak Oddie sambil menyambar handuk dari jemuran di balkon rumahnya.

“Mami juga kesiangan nih,” bales mami Oddie sambil memasang rol rambut di kepalanya. Di saat Oddie dan maminya kalang kabut bak operasi PKL, Mimi, adik Oddie satu-satunya yang baru kelas 2 SMP justru tidur pulas tanpa memikirkan masa depannya. Sambil sesekali di tidurnya Mimi malah ngigau hal-hal yang ngga penting.

“Gila Jacob Black, body lu bener-bener kayak martabak telor, pengen gue gigit nih!!”

Oddie yang biasanya berangkat ke sekolah bareng Mimi sudah tidak ingat lagi dengan nasib adiknya. Oddie langsung nyamber kotak makan berisi roti bakar yang sudah disiapkan maminya. Mami Oddie memang paling jago bikin kue-kue dan roti. Gimana ngga jago, memang kerjaan Mami Oddie jualan kue-kue kering.

“Dah mi,” ucap Oddie sambil cipika-cipiki sama maminya di atas sepeda motor bututnya. Mami Oddie yang sama sekali ngga kerasa apa-apa ikhlasin kepergian anak sulungnya tanpa teringat bahwa beliau juga punya anak bungsu yang centil.

“Oddie!! Tunggu bentar!! Mimi belum kamu ajak!!” teriak mami Oddie setelah tersadar dari lamunannya. Mami Oddie cuma bisa geleng-geleng kepala.

* * * *

Teng Teng Teng Teng. Lonceng di sekolah Oddie sudah berbunyi empat kali. Empat kali menandakan gerbang sekolah harus segera ditutup. Hanya terpaut beberapa detik akhirnya Oddie berhasil memasukkan tubuhnya ke dalam gerbang sekolah, tetapi tidak dengan motor bututnya.

“Finally! Gue ga telat! Gue ga telat Pak Yusron!!” teriak Oddie bangga sambil menggoncang-goncangkan badan Pak Yusron, seorang satpam yang sudah berusia 55 tahun tapi masih punya badan yang six pack bak Ade Rai. Pak Yusron yang bawaannya sering ngomel-ngomel ke Oddie tiap pagi melanjutkan rutinitasnya,

“Terus motor situ Bapak yang masukin lagi??” tanya Pak Yusron ketus.

“Hehehe. Tolong ya Pak. Bapak masa tega ngeliat anak kesayangan Bapak ini ga ikut ujian? Ngga kan Pak. Tenang Pak, jasa Bapak akan saya kenang sepanjang masa,” rayu Oddie sambil mengedipkan matanya ke Pak Yusron. Pak Yusron yang sudah mendapat kedipan mata Oddie tiap hari berasa pengen nampar Oddie. Kontan Pak Yusron mau ngga mau memasukkan motor Oddie.

“Dasar bocah jaman saiki, wong tuwo digawe dulinan,” gumam Pak Yusron.

Oddie yang hari ini seharusnya ujian Matematika sama sekali tidak belajar kemarin. Bagaimana bisa belajar, seharian penuh kemarin Oddie. Mimi, dan Mami Oddie membantu keluarga jauhnya untuk acara sunatan sampai jam 1 dini hari. Itulah sebab musabab Oddie dan seisi rumahnya bangun kesiangan.

“Lu udah belajar Od?” tanya Bokir, salah satu sahabat Oddie yang kebetulan juga satu bangku dengan Oddie. Oddie tersenyum melas sambil menggelengkan kepalanya di hadapan Bokir.

“Ngga Kir, sama sekali ngga.” Bokir yang merasa dirinya menemukan orang yang senasib, langsung tersenyum bengis.

“Nyiehehehe. Sama,” ujar Bokir sambil hendak mengajak Oddie untuk toss karena merasa senasib dan sepenanggungan.

“Tapi kemaren lusa kan gue uda belajar kelompok di rumah Luna yang cantik abis itu barengan ama temen-temen se-gengnya,” ujar Oddie yang seolah-olah kata-kata itu tamparan keras di pipi Bokir.

“Buset dah Od. Lu begitu banget. Kenapa lu kagak ngajakin gue? Kapan lagi bisa belajar bareng cewek-cewek cakep?” tanya Bokir.

“Wah sorry bro, entah kenapa waktu itu kok gue lupa ya kalo lu ternyata ga bisa Matematika. Gue pikir lu kan uda jago,” ledek Oddie sambil mempersiapkan alat-alat tulis untuk ujian.

“Kambing Lu Od! Udah tau Matematika gue ga pernah tembus angka 60 juga!” sentak Bokir. Ujianpun dimulai, Ibu Guru menginstruksikan murid-muridnya untuk mengeluarkan alat-alat penunjang ujian antara lain busur derajat, jangka, kalkulator, dan penggaris panjang. Bagaimana dengan Bokir? Beliau hanya membawa jangka tanpa pensil.

* * * *

Di saat sang kakak sedang mengerjakan ujian dengan kusyuknya, Mimi, sang adik baru terbangun dari tidurnya. Bak putri tidur yang terbangun karena ciuman pangeran Jacob Black, iler Mimi menyebar kemana-mana di sekitar pipinya. Mimi yang langsung melihat jam dinding di kamarnya terkejut.

“What??? Seven Ei-Em?? Oh My Gosh?? Jacob!! Help Me!! Mami, kok adek ga dibangunin sih?” teriak Mimi sambil bersihin ilernya. Mami Oddie yang lagi ngadukin telur pake mixer cuma bilang, “Mami tadi juga kesiangan dek.” Lebih terkejut lagi ketika Mimi keluar ke teras rumahnya dan mendapati motor butut kakaknya juga tiada.

“Kak Oddie nih juga, Mimi malah ditinggal,” kesel Mimi. Mami Oddie yang hari ini kebetulan banyak orderan karena mendekati hari Natal dan Tahun Baru merasa mendapat “pegawai dadakan.” Tanpa basa-basi Mami Oddie langsung meminta bantuan Mimi yang hari ini pasti nganggur abis di rumah.

”Nah dek, adek kan udah ngga mungkin masuk sekolah hari ini. Kebetulan nih orderan Mami lagi banyak. Bantuin Mami aja ya. Itung-itung kan kamu bolos ngga sia-sia,” kelit Mami Oddie. Mimi yang merasa emang lagi nganggur abis akhirnya menuruti Maminya.

* * * *

Di kantin sekolah Oddie yang mulai ramai dengan siswa-siswa berseragam putih abu-abu yang lagi istirahat, tampak Oddie bersama keempat sohibnya, Bokir, Ruben, Gregorius a.k.a Gori, dan Septian.

“Bro, besok kan Hari Ibu nih, Lu pada mau ngasih apa ke nyokap lu?” keempat teman Oddie langsung pada mikir. Bokir yang paling keliatan kelaperan sama sekali tidak menunjukkan indikasi bahwa dia sedang berpikir, melainkan sedang melahap pangsit mie yang dibelinya dengan kas bon di kantin Mbok Jijah.

“Mungkin gue kasih kalung kali ya, kasihan, kalung nyokap yang kemarin sempet digadaiin gara-gara buat bayar uang sekolah gue. Sudah lama sih, tapi sampai sekarang belum ditebus. Kebetulan gue ada tabungan dari penghasilan gue nge-band kemarin,” ujar Septian. Tiba-tiba ada perkataan yang paling menyedot perhatian lima sekawan ini,

“Kasihan nyokap gue, terakhir ke Jerman tahun lalu, kayaknya gue bakal ngasih tiket ke Jerman deh biar nyokap bisa liburan sambil shopping,” ujar Gori polos. Bokir yang merasa pangsit mie-nya menjadi hambar setelah mendengar kata-kata Gori langsung nyolot,

“Nyokap Lu kan udah pernah ke Jerman, sekarang kasih nyokap lu tiket ke Afrika Selatan sono biar nyokap Lu ikut Piala Dunia sekalian.” Merasa disindir, Gori hanya tersenyum polos. Maklum, Gori anak orang kaya. Ayahnya pengusaha sukses dan punya cabang perusahaan di 14 negara, termasuk Mozambique dan sekitarnya. Ruben yang lahir dari keluarga biasa-biasa saja memang bukan orang yang luar biasa.

“Gue ngga tahu mesti kasih apa ke nyokap. Nyokap hobinya dengerin musik klasik sama pidato-pidato tokoh terkenal. Orangnya sastra banget lagi. Ada saran guys?” tanya Ruben. Bokir yang masih makan pangsit mie untuk piring keduanya langsung mengutarakan sarannya,

“Kasih aja nyokap lu puisi. Orang sastra paling demen kalau dikasih puisi-puisi gitu. Makin rumit bahasa lu, makin dalem maknanya.” Ketiga temennya yang mendengar saran Bokir ngangguk-nggangguk kayak rocker sakaw. Ruben yang merasa mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak langsung mengambil secarik kertas untuk mulai bikin puisi. Gori yang tadi merasa diprotes keras bak demonstrasi untuk Keadilan Prita menanyakan topik mereka ke Bokir.

“Lu sendiri bakal ngasih apa ke emak lu Kir?” tanya Gori.

“Emak gue paling demen sama Choky Sitohang. Nah, yang gue bingung, gue kudu ngapain ya buat nyenengin emak gue? Kalau bisa sih yang ada hubungannya sama Choky Sitohang gitu, ngundang Choky Sitohang ke rumah gue? Gila aja,” tanya Bokir sambil monyong-monyong ke arah Oddie, Ruben, Septian dan Gori. Oddie yang memang punya kecerdasan dan keisengan yang berlebih dibandingkan keempat sohibnya langsung mengajak Ruben, Gori, Septian untuk berunding sesuatu tentang Bokir.

“Woi!! Ngomongin apa sih kalian? Pengen tau nih!” ujar Bokir sambil berusaha mencuri dengar hasil rundingan mereka.

“Udah minggir sono, bau nafas lu aroma pangsit mie. Pake ngutang lagi, dobel dah bau nafas lu.” Ledek Oddie sambil melanjutkan perundingannya dengan Ruben, Septian, dan Gori.


bersambung…